Semua makhluk hidup memerlukan makanan yang digunakan sebagai sumber energi. Proses pencernaan pada hewan invertebrata, misalnya amoeba (hewan bersel satu) dilakukan secara intrasel. Selanjutnya hewan yang bersel banyak, misalnya Coelenterata dan Platyhelminthes proses pencernaan dilakukan secara ekstrasel. Sistem pencernaan pada vertebrata mempunyai pola yang sama terdiri atas : mulut, esofagus, lambung dan usus.
Proses pencernaan makanan diperlukan enzim-enzim tertentu yang dihasilkan oleh berbagai kelenjar pada sistem pencernaan makanan, misalnya enzim tripsin, pepsin, amilase, proteose, lipase dan sebagainya. Enzim pencernaan tersebut akan memecah molekul-molekul bahan makanan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil, sehingga makanan dapat diserap oleh tubuh. ( Tim dosen praktikum Fisiologi Hewan UPI, 2006).
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka ensim dapat menurunkan energi aktivitas suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan ada pula yang menghasilkan energi atau menghasilkan energi (eksergonik). Misalkan pembentukan ikatan antara senyawa A dengan senyawa AB akan mengeluarkan energi. Terjadinya senyawa AB dari A dan B membutuhkan energi sebesar p, yaitu selisih energi antara A dan B dengan AB. Sebaliknya penguraian senyawa AB menjadi senyawa A dan B mengeluarkan energi sebesar P pula. Terurainya senyawa AB tidak dapat berjalan dengan sendirinya, tetapi harus terbentuk lebih dahulu senyawa AB aktif. Untuk pembentukan AB aktif ini dibutuhkan energi sebesar a, yang disebut energi aktivasi. Makin besar harga a, makin sukar terjadinya suatu reaksi. Dengan adanya katalis atau enzim, harga energi aktivasi diperkecil atau diturunkan. Dengan demikian akan dapat memudahkan atau mempercepat terjadinya suatu reaksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut :
a. Temperatur
Karena enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap temperatur. Temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denatursai protein. Temperatur yang terlalu rendah dapat menghambat reaksi. Pada umumnya temperatur optimum enzim adalah 30-40ºC.
Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 0ºC, namun enzim tidak rusak. Bila suhu normal kembali, maka enzim akan aktif kembali. Enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak di atas suhu 50ºC.
b. Perubahan pH
Enzim juga sangat terpengaruh oleh pH. Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif berkombinasi dengan substratnya. pH optimum yang diperlukan berbeda-beda tergantung jernis enzimnya.
c. Konsentrasi enzim dan substrat
Agar reaksi berjalan optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan substrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikikt dan substrat terlalu banyak reaksi akan berjalan lambat dan bahkan ada substrat yang tak terkatalisasi. Semakin banyak enzim, reaksi akan semakin cepat.
Blog Sahabat
Senin, 26 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
tidak menemukan yang anda cari? coba pencarian google!
0 komentar:
Posting Komentar